Resensi Novel Cahaya Cinta Pesantren – Membaca sebuah buku kisah tentunya dapat membuat kita terkadang hanyut di dalam alur cerita yang disajikan. Hal tersebut dirasakan oleh beberapa orang yang sudah membaca novel Cahaya Cinta Pesantren.
Novel ringan dengan genre Fiksi Religius ini memang sempat menjadi buah bibir di kalangan pembaca. Tidak heran, banyak yang mencari resensi novel Cahaya Cinta Pesantren ini supaya lebih yakin sebelum melakukan pembelian.
Namun benarkah novel Cahaya Cinta Pesantren memang sebagus yang dikatakan banyak orang? Semua rasa penasaran tersebut dapat terjawab setelah mengetahui beberapa resensi novel Cahaya Cinta Pesantren.
Supaya dapat membantu Anda yang kini tengah mencari Resensi Novel Cahaya Cinta Pesantren, maka SekolahPesantren.id akan coba memberikan ulasan pentingnya. Jadi silahkan simak semua poin penting mengenai Novel Cahaya Cinta Pesantren berikut ini.
Resensi Novel Cahaya Cinta Pesantren
Semua resensi novel kali ini dituliskan apa adanya dan penilaian sebenarnya dapat dirasakan manakala Anda sudah membacanya secara langsung. Namun informasi dalam setiap poin resensi novel kali ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan.
Supaya dapat diketahui bersama, berikut beberapa poin resensi novel Cahaya Cinta Pesantren.
1. Penulis Novel Cahaya Cinta Pesantren
Cahaya Cinta Pesantren merupakan sebuah novel karya Ira Madan yang sempat laris manis di kalangan para pembaca. Saking banyaknya ulasan positif dari tulisan Kak Ira Madan ini, Cahaya Cinta Pesantren pun diangkat menjadi sebuah film pada tahun 2016 silam.
2. Profil Novel Cahaya Cinta Pesantren
Novel Cahaya Cinta Pesantren memiliki genre Fiksi Religius yang dituliskan dalam 292 Halaman dengan ukuran 14×20 cm. Selesai ditulis, Novel Cahaya Cinta Pesantren pun resmi terbit pada tahun 2014 silam melalui penerbit ternama PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Supaya informasi mengenai buku satu ini dapat diketahui secara jelas, maka berikut ini adalah detail profil dari Novel Cahaya Cinta Pesantren.
Judul Novel | Cahaya Cinta Pesantren |
Penulis Novel | Ira Madan |
Genre Novel | Fiksi Religi |
Jumlah Halaman Novel | 292 Halaman |
Ukuran Novel | 14×20 cm |
Penerbit Novel | PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri |
Tahun Terbit Novel | 2014 |
Harga Novel | Rp 50.000,00 |
3. Sinopsis Novel Cahaya Cinta Pesantren
Dalam resensi kali ini, kami juga menghadirkan sinopsis dari buku Cahaya Cinta Pesantren. Kisah berfokus pada seorang tokoh bernama MarShila Silalahi, gadis Medan yang tidak menyangka jika harus menjalani kehidupan sebagai Santriwati di sebuah pondok pesantren.
Shila adalah anak yang jahil, iseng, dan nakal, tetapi dia menganggapnya sebagai sebuah kreativitas. Kendati demikian, Shila merupakan anak cerdas bahkan sering dianggap jenius oleh banyak orang.
Keadaan membuat Shila terpaksa melanjutkan pendidikan di sebuah Pondok Pesantren bernama Al-Amanah. Kedua Orang Tuanya tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan Shila di SMA Swasta.
Awalnya Shila memang tidak suka berada di Pondok Pesantren tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, ketidaksukaan tersebut berubah secara perlahan. Banyak hal yang berhasil merubah sudut pandang Shila terhadap Pondok Pesantren Al-Amanah.
Mulai dari teman baru, kegiatan pesantren, lomba-lomba, hingga pengalaman berorganisasi pun didapatkan oleh Gadis asal Medan tersebut. Kisah perjalanan Shila diarungi dengan tiga sahabat satu kamarnya, yaitu.
- Syerli Manda (Manda)
- Cut Faradillah (Icut)
- Aisyah
Suka duka kehidupan Santriwati di Pondok Pesantren Al-Amanah dirasakan mereka berempat setiap hari. Namun semua hal tersebut membuat mereka semakin dekat bahkan akrab satu sama lainnya.
Kehidupan Shila di Pondok Pesantren semakin berwarna saat sekilas melihat senyum dari seorang Ustadz muda bernama Ustadz Rifki Alfarizki. Sosok tegas, pandai, sederhana, dan pekerja keras ini berhasil meluluhkan hati Shila hanya melalui senyuman.
Jauh di gelapnya bayang-bayang, Shila ternyata juga ditaksir oleh seorang santri lucu bernama Abu Bakar. Dia sudah jatuh hati dengan Shila sejak pandangan pertama. Lantas, kemana hati Shila akan berlabuh? Kehidupan apa yang akan menanti Shila setelah lulus Pesantren?
Semua dapat diketahui setelah Anda membaca Novel Cahaya Cinta Pesantren karya Ira Madan. Supaya lebih meyakinkan, maka silahkan simak beberapa poin resensi dari novel satu ini.
4. Tema Novel Cahaya Cinta Pesantren
Dalam resensi ini, dapat kami simpulkan jika Cahaya Cinta Pesantren mengangkat tema tentang persahabatan. Adapun aspek lainnya dari Novel Cahaya Cinta Pesantren seperti pendidikan, cinta, dan agama.
5. Tokoh dan Penokohan Novel Cahaya Cinta Pesantren
Dalam resensi ini, terdapat beberapa penjabaran mengenai tokoh serta penokohannya masing-masing. Kemunculan tiap tokoh ini cukup memberikan warna pada tulisan Novel Cahaya Cinta Pesantren.
Supaya dapat dikenali, berikut daftar beberapa tokoh serta penokohan dari novel Cahaya Cinta Pesantren.
- Marshila Silalahi
Shila, karakter utama dalam novel berwatak teguh, tegas, supel, kreatif, lucu, cerdas, dan sedikit nakal. - Syerli Amanda
Manda, sahabat Shila di dalam novel berwatak polos, lugu, cengeng, pemalu, pesimis, manja, dan sangat penakut. - Cut Faradillah
Icut gadis asal Aceh dan sahabat Shila berwatak tegas, tegar, sopan, pantang menyerah, dan sangat ambisius. - Aisyah
Aisyah, gadis kocak sahabat Shila berwatak lucu (terkadang konyol), tetapi memiliki sisi bijaksana serta sangat perhatian kepada teman-temannya. - Rifki Alfarizki
Ustadz Rifiki, pengajar muda berwatak tegas, pandai, sederhana, pengertian, pekerja keras, sekaligus sosok setia. - Abu Bakar
Abu Bakar, santri kocak berwatak lucu, bodoh, dan pecundang, akan tetapi sangat romantis ketika sudah berkaitan tentang Shila. - H. Abdullah Silalahi
Ayah Shila, sosok berwatak penyayang, pekerja keras serta pengertian. - Hj. Savrida Tariga
Mamak Shila, sosok berwataka keibuan, pemikir, lucu, pemarah, dan kerap cerewet soal tingkah laku Shila. - Muhammad Faris Audah
Anak Shila, berwatak gigih, berkemauan tinggi, dan sangat mematuhi kedua orang tuanya.
6. Alur Novel Cahaya Cinta Pesantren
Pada resensi ini dapat disimpulkan jika Cahaya Cinta Pesantren menggunakan alur maju atau progresif.
7. Latar Waktu Novel Cahaya Cinta Pesantren
Pada resensi ini dapat disimpulkan jika Cahaya Cinta Pesantren memiliki latar waktu pagi hari, siang hari, dan malam hari.
8. Latar Tempat Novel Cahaya Cinta Pesantren
Pada resensi ini dapat disimpulkan jika Cahaya Cinta Pesantren memiliki latar tempat di beberapa lokasi seperti Pondok Pesantren Al-Amanah dan Tokyo Jepang.
9. Sudut Pandang Novel Cahaya Cinta Pesantren
Pada resensi ini dapat disimpulkan jika Cahaya Cinta Pesantren mengambil sudut pandang orang pertama dari tokoh utama. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan penggunaan kata “Aku” dalam tulisan novel Cahaya Cinta Pesantren.
10. Gaya Bahasa Novel
Pada resensi ini dapat disimpulkan jika Cahaya Cinta Pesantren menggunakan gaya bahasa ringan sehingga mudah dipahami. Beberapa kata kiasan juga akan kita temui, akan tetapi tidak mengganggu keseruan membaca.
12. Unsur Ekstrinsik Novel
Setelah membaca Cahaya Cinta Pesantren, setidaknya kami menemukan nilai-nilai untuk dituliskan pada resensi. Semua nilai ini dapat kita serap serta muncul secara tersirat dalam tulisan novelnya.
Supaya dapat mengetahui beberapa nilai-nilai yang dimaksud, berikut beberapa unsur ekstrinsik dari Novel Cahaya Cinta Pesantren.
- Nilai Sosial
- Nilai Moral
- Nilai Pendidikan
- Nilai Agama
13. Pesan Moral Novel
Setelah membaca tuntas Cahaya Cinta Pesantren, setidak kami dapat menemukan pesan moral untuk dituliskan dalam resensi. Novel ini ingin memberitahukan jika tidak ada orang tua yang ingin menjatuhkan anaknya dalam pusara kesengsaraan.
Semua pengalaman baik orang tua tentu akan ditularkan pada anak, sementara yang buruk akan coba dihindarkan oleh orang tua. Betapa besar pertentangan batin di hati seorang anak, yakinlah kedua orang tua tahu yang terbaik untuk putra-putrinya.
14. Kelebihan Novel Cahaya Cinta Pesantren
Berikut beberapa kelebihan dari novel Cahaya Cinta Pesantren.
- Tampilan fisik sangat bagus terutama di bagian sampul.
- Alur cerita novel Cahaya Cinta Pesantren begitu mengalir sehingga mudah diikuti.
- Ada banyak nilai kehidupan dan terkadang berhubungan dengan dunia nyata.
- Semua kata asing dijelaskan dalam bentuk jejak kaki sehingga mudah dipahami.
15. Kekurangan Novel Cahaya Cinta Pesantren
Berikut beberapa kekurangan dari novel Cahaya Cinta Pesantren.
- Masih dijumpai sejumlah Typo (kesalahan pengetikan).
- Banyak kata kerap berulang sehingga terkesan kurang diksi.
- Akhir cerita dapat ditebak setelah membaca novel.
Itulah tadi semua resensi dari Cahaya Cinta Pesantren sebuah karya yang ditulis oleh Ira Madan. Terlepas dari kekurangannya, Novel Cahaya Cinta Pesantren tetap dapat menjadi opsi bacaan menarik untuk mengisi waktu luang kita.
Akhir Kata
Sekarang Anda sudah tahu mengenai resensi Novel Cahaya Cinta Pesantren melalui pembahasan di atas. Perlu diingat jika baik buruknya sebuah novel merupakan hal yang subjektif dan pengalaman tersebut bisa dirasakan saat membaca secara langsung.
Sekian pembahasan mengenai Ulasan Novel Cahaya Cinta Pesantren dari SekolahPesantren.id. Nantikan berita menarik lainnya seputar novel Islami serta ulasan lengkapnya untuk menambah wawasan kita bersama.
Sumber Gambar: Admin Sekolah Pesantren